Kami berangkat bersama-sama dengan menaiki bus antar kota dan turun di terminal Pandaan, diawali dengan kejadian tertinggalnya tas salah satu teman kami di bus, akhirnya dia harus mengejar bus tersebut dengan ojek, hahahaha, kasihan sih,tapi lucu juga kalau diingat. (^o^)
Dengan bimbingan dari Kak Afli, pembina pramuka-ku sejak SMP, kami memulai pendakian dengan berdoa bersama. Kami dari ambalan Hayam Wuruk-Ken Dedes gudep SMAN 1 Gresik memang banyak belajar dari teman-teman ambalan Gatotkaca-Srikandi gudep SMA PGRI 1 Gresik karena pembina satuan dan pembina gudep kami tidak bisa banyak membimbing kami dengan aktif.
Yang masih aku ingat, teman-teman dari ambalan Hayam Wuruk-Ken Dedes selain aku sendiri, ada Wahyu Widyaningrum, si kembar Ahmad Maimun-Muhammad Masrur, Sungging Haryo Wicaksono, Ahmad Zahiruddin Ghazi, dan beberapa teman yang lain. Sedangkan dari teman-teman PGRI ada kak Afli, Tarmuzi, David, Diego, dll.
Sebelum siang, kami segera memulai pendakian dengan harapan tidak terlalu malam ketika sampai di puncak. Ketika sampai di tempat peristirahatan (atau kami sebut "kop-kop-an"), kami mulai mendirikan tenda karena ada teman yang sudah tidak sanggup meneruskan ke puncak, padahal itu sudah menjelang sore. Akhirnya, dari 2 wanita, yang mau lanjut sampai puncak hanya 1, yaitu aku ('---')
@kop-kopan with wahyu widyaningrum
Entah tepatnya berapa orang yang tetap berangkat ke puncak, aku sudah lupa, hehehe, kira-kira 8 atau 9 orang mungkin. Kami sudah hampir mencapai puncak saat matahari mulai melangkah perlahan ke ufuk barat. Takjub rasanya pertama kali merasa melihat panorama di atas awan, masya Allah... Allahu akbar, terharu rasanya. Tak puas sampai di situ, kami melanjutkan perjalanan hingga benar-benar menuju ke puncak.
Jalan setapak menuju puncak welirang bukanlah jalan dengan iringan lahan hijau penuh tumbuhan, justru cenderung gersang dan banyak bebatuan. Dikejar waktu, kami bergegas melangkah, dan akhirnya... alhamdulillah, sampailah kami di puncak gunung dengan hamparan belerang di sisi-sisi kawahnya, sepertinya masih aktif namun sedang "tak aktif". Kami sempatkan berfoto di sana meski tidak begitu jelas, maklum, kurang prepared buat kepentingan dokumentasi. Ini dia hasilnya :
(dari kanan) aku, didin, david, kak afli, dan muzi
(dari kanan) sungging, muzi, kak afli, cazbox, david, aku
Hal yang justru tak kalah mengesankan adalah saat kami harus turun kembali ke kop-kopan, sudah benar-benar terlanjur malam. Kami sempat kebingungan mencari jalan untuk turun hingga malam mulai larut, karena takut semakin salah jalan, kami putuskan untuk tidur di tengah jalan ('---').
Semua laki-laki tidur terlentang, sedangkan sebagai satu-satunya perempuan yang bertahan ikut, aku harus tidur dengan duduk dan merengkuh kedua kakiku. Tidak nyaman, tapi ini lebih pantas. Alhasil?? saat dini hari tiba dan kami hendak melanjutkan perjalanan, kakiku tak dapat diluruskan kembali. Hahahaha, jadi harus merepotkan teman-teman deh. Sungguh manis-asin perjalanan yang berkesan.
Bukan untuk terlihat gaya, bukan untuk terlihat hebat, bukan untuk terlihat tangguh, namun jadikan ini sebagai TADABBUR ALAM, belajar bersyukur atas semua ciptaan dan rahmat dari Allah. Semoga ini bukan perjalanan menuju puncak yang terakhir, ada kah kesempatan lagi di lain waktu?? We'll see... in sya Allah...
(^-^)b